Berita

KONSULTASI PUBLIK MENGENAI PENILAIAN HCV DAN TINJAUAN PEMANTAUAN SIA

11 Februari 2020
KONSULTASI PUBLIK HCV SIA MONITORING
KONSULTASI PUBLIK HCV SIA MONITORING
1 / 4

Merauke, Papua Selatan – Sejak 2012, PT Bio Inti Agrindo (BIA) melakukan investasi tanaman kepala sawit di Merauke. Kini perusahaan sudah menghasilkan minyak sawit mentah atau CPO (crude palm oil). Hasil tersebut tidak saja dipasarkan di Indonesia, bahkan sudah mengekspor ke luar negeri.

Untuk tetap bersaing di pasar global, perusahaan harus mempunyai Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) atau asosiasi yang terdiri dari berbagai organisasi dari berbagai sektor industri kelapa sawit yang bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak sawit berkelanjutan.

Berkaitan dengan maksud tersebut, pihak perusahaan melakukam pertemuan dengan para pihak dalam rangka penilaian NKT (Nilai Konservasi Tinggi) dan monitoring PDS (Penilaian Dampak Sosial) di wilayah kerja PT BIA di Kabupaten Merauke.

“NKT salah satu syarat yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bersaing di pasar global. Artinya, kegiatan di areal kelapa sawit harus mengedepankan konservasi tinggi atau ramah lingkungan guna menjaga fungsi hutan,” jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Merauke, Ir. Harmini di Halogen Hotel, Senin (10/02).

Ia mengatakan, pembangunan memang dibutuhkan, namun harus mengedepankan fungsi sosial dan dampak lingkungan dengan memperhatikan apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

Sehingga kesempatan kali ini para pihak yang hadir dalam pertemuan dimaksud diharapkan memberi masukan, maupun saran untuk kegiatan perusahaan yang aman, ramah lingkungan serta berkelanjutan.

PT BIA sudah melakukan ekspor minyak kelapa sawit sejak Agustus 2019. Sehingga sangat penting adanya RSPO untuk memperhatikan dua tahapan penting yakni menyangkut sosial dan lingkungan.

Mengenai tanggung jawab sosial, PT BIA dikenal sebagai perusahaan yang paling cepat untuk menjalankan Corporate Sosial Responsibility (CSR) baik terhadap karyawan, pemerintah maupun masyarakat sekitar perusahaan.

“Kita harapkan ada masukan, agar kegiatan kelapa sawit bisa berkelanjutan. Kami menggunakan jasa konsultan yang memang ahli di bidang tersebut. Kami juga sudah punya tim untuk selalu memperhatikan setiap proses agar tetap sesuai dengan peraturan,” jelas General Manager PT BIA, Yanto Dawenan.

Saat ini, jumlah karyawan di PT BIA mencapai sekitar 4000 orang. Dari total tersebut 17 orang tenaga asing berasal Korea Selatan.