Berita

Kolaborasi peningkatan kapasitas dalam analisis permodelan data keanekaragaman hayati

09 Maret 2024
Pembukaan Training
Proses Training
Peserta Training
1 / 4

Kolaborasi peningkatan kapasitas dalam analisis permodelan data keanekaragaman hayati

Papua adalah surga dari habitatnya satwa liar, baik aves, mamal, amphibi dan lainnya. Informasi sebaran perjumpaan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) adalah salah satu modal awal untuk dilakukan analisa lebih lanjut serta memastikan ketersediaan ruang agar populasi tersebut dapat hidup di habitat alaminya.

Balai Besar Kawasan KSDA Papua melalui Bidang Wilayah 1 Merauke dan PT Bio Inti Agrindo (PT BIA) menjadi host dalam pelaksanaan pelatihan analisis dan permodelan data keanekaragaman hayati yang dilaksanakan di Hotel Halogen, Merauke, pada Jumat-Sabtu, (8-9/3/2024).

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas petugas dalam menganalisis data praduga kesesuaian habitat terhadap kehadiran tumbuhan dan satwa liar. Para peserta dikenalkan menggunakan tools MaxEnt dan ArcGis.

Maximum Entropy (MaxEnt) merupakan tool pemodelan kesesuaian habitat dan distribusi spesies berbasis data kehadiran spesies. Merupakan machine learning sederhana untuk membangun suatu prediksi atau inferensi dari suatu informasi yang belum lengkap (Phillips et al. 2006). Model ini sangat populer digunakan dalam aspek biogeografi, biologi konservasi, serta ekologi karena kemudahan dalam penggunaan serta menghasilkan luaran yang komprehensif (Elith et al. 2010). Pemilihan data variabel lingkungan harus didukung oleh pengetahuan terverifikasi mengenai karakteristik ekologi dan/atau habitat spesies yang dipilihnya

Kepala Bidang Teknis, mewakili Kepala Balai Besar KSDA Papua, Yulius Palita, dalam sambutannya mengatakan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk menambah wawasan peserta dalam khususnya pengetahuan dasar statistika, desain survey, karakteristik ekologi atau habitat suatu spesies, dan analisis pemodelan spasial distribusi kesesuaian habitat serta keterampilan teknis membuat peta kesesuaian habitat dan kekayaan jenis (richness) spesies suatu kawasan, serta kemampuan membaca hasil analisisnya

“Harus diakui bahwa sebenarnya kita sudah memiliki banyak data tentang keanekaragaman hayati. Namun, yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita mengolah dan menggunakan data itu untuk pengelolaan kawasan konservasi yang lebih baik ke depan,” kata Yulius. 

Selanjutnya, Program Manager Environment Conservation and Community Development PT. Bio Inti Agrindo, Resit Sözer, mengatakan bahwa Suaka Margasatwa Danau Bian merupakan area penting yang harus terjaga ekosistimnya, sebagai habitat burung migran dari Australia, juga buaya.

Kegiatan ini merupakan wujud kerja sama KLHK melalui BBKSDA Papua dengan PT BIA dalam penguatan fungsi kawasan Suaka Margasatwa Danau Bian.

Rangkaian pelatihan ini melibatkan berbagai pihak, antara lain Balai Taman Nasional Wasur, Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertanahan Provinsi Papua Selatan, Bidang KSDA Wilayah II Nabire, SKW Agats, Timika, Biak serta perwakilan PT BIA dan Bidang KSDA Wilayah I Merauke. Total peserta training adalah 39 orang.

Setelah pelatihan ini, kajian rona awal akan dilakukan dalam jangka waktu dekat, untuk dapat mengukur efektivitas intervensi dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di Suaka Margasatwa Danau Bian.

Kepala BBKSDA Papua, A. G. Martana menyampaikan, “Kami harapkan setelah mengikuti pelatihan ini, semua peserta dapat lebih memaksimalkan teknologi dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat tapak, sehingga semua pekerjaan dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien. Teknologi yang semakin canggih seyogianya kita manfaatkan sebaik mungkin sehingga dapat memberi sumbangsih yang lebih besar di bidang konservasi.” Demikian ungkap Martana.